LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA JAMUR
TIRAM PUTIH DAN KUPING
Disusun Oleh:
Yunita Napiah (A 420 100 117)
Aji Farid W (A 420 100 135)
LABORATORIUM
BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
LAPORAN BUDIDAYA JAMUR
I.
Judul
: Budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dan jamur
kuping (Auricularia polytricha).
II.
Tujuan :
1.
Mengetahui cara budidaya
jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dan jamur kuping (Auricularia
polytricha)
2.
Mengetahui hal-hal yang
mempengaruhi perkembangan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dan jamur
kuping (Auricularia polytricha)
III.
Tinjauan Pustaka
Tjitrosoepomo (2001),
menyatakan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus) memiliki tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan
bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem, memiliki tangkai yang
tumbuh menyamping, bentuknya seperti tiram (ostreatus), permukaannya
hampir licin, diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Pada waktu muda, tubuh buah diselubungi oleh velum universal. Jiak tubuh
membesar, tinggallah selaput pada pangkal tangkai tubuh buah sebagai bursa.
Dari tepi tubuh buah ke tangkai terdapat pula selaput yang menutupi sisi bawah
tubuh buah dinamakan velum partiale. Jika tubuh buah membesar, maka selaput ini
akan robek dan merupakan suatu cicncin (annulus) pada bagian atas tubuh buah.
Himenofora pada sisi bawah tubuh buah, membentuk papan-papan atau lamella yang
tersusun radial, dapat juga himenofora membuat tonjolan berupa buluh-buluh.
Himenium meliputi sisi bawah tubuh buah tadi dan mula-mula terletak di bawah
velum partiale. Letak himenium yang demikian itu disebut angiokarp.
Darma (2002), menyatakan bahwa Kandungan
nutrisi jamur kuping sendiri terdiri kadar air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu dan nilai energi sebesar 351 kal. Kandungan lemak di dalam jamur, lebih
dari 72% lemak dalam jamur ini termasuk unsaturated sehingga aman dan sehat
jika dimakan. Vitamin di dalam jamur ini sendiri terdiri atas thiamine (vit.
B-1), riboflavin (vit. B-2), niasin, biotin,vitamin C, dan sebagainya. Sedangkan,
kandungan mineral jamur ini tersusun oleh K, P, Ca, Na, Mg, Cu, dan beberapa
elemen mikro lainnya. Kandungan serat di dalam jamur berkisar antara 7,4-27,6%.
Gunawan (2000), menyatakan bahwa Jenis
jamur kuping yang paling memiliki nilai bisnis yang tinggi adalah yang memiliki
warna coklat pada bagian atas tubuh buah dan warna hitam pada bagian bawah
tubuh buah, serta ukuran tubuh buah kecil. Jamur
kuping merupakan salah satu jamur konsumsi yang umum dikeringkan terlebih
dahulu, kemudian direndam dengan air dalam waktu relatif singkat sehingga jamur
ini akan kembali seperti bentuk dan ukuran segarnya.
Hastiono (2004), menyatakan bahwa Cara
reproduksi vegetatif dari jamur kuping adalah dengan membentuk tunas, dengan
konidia, dan fragmentasi miselium. Sedangkan, reproduksi generatif jamur kuping
adalah dengan menggunakan alat yang disebut basidium, basidium berkumpul dalam
badan yang disebut basidiokarp, yang selanjutnya menghasilkan spora yang
disebut basidiospora.
Kistinnah (2010), menyatakan bahwa secara alamiah, jamur dapat berkembang
biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual
dilakukan dengan pembelahan, yaitu dengan cara sel membagi diri untuk membentuk
dua sel anak yang serupa, penguncupan, yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh dari
penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora. Spora aseksual ini
berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang besar dengan melalui
perantara angin atau air. Ada beberapa macam spora aseksual, di antaranya
seperti berikut:
a. Konidiospora, merupakan
konidium yang terbentuk di ujung atau di sisi hifa. Ada yang berukuran kecil,
bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya konidium yang
berukuran besar dan bersel banyak disebutmakrokonidium.
b.
Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang
terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
Suriawiria (2000), menyatakan bahwa untuk kehidupan dan perkembangan jamur
memerlukan sumber nutrient atau makanan dalam bentuk unsur-unsur kimia,
misalnya nitrogen, fosfor, belerang, kalium, karbon yang telah tersedia dalam
jaringan kayu, walaupun dalam jumlah yang sedikit. Oleh karena itu, diperlukan
penambahan dari luar, misalnya dalam bentuk pupuk yang digunakan sebagai
campuran pembuatan substrat tanaman atau media tumbuh jamur.
Budiati (2010) bentuk umum jamur
berupa benang-benang yang dilapisi dinding sel kaku yang disebut hifa.
Hifa bercabang-cabang membentuk miselium. Beberapa jamur uniseluler
misalnya khamir (ragi) tidak membentuk miselium. Terdapat dua jenis miselium
yaitu miselium vegatatif/somatik berfungsi untuk menyerap zat
organik dari lingkungannya, sedangkan miselium reproduktif menghasilkan
spora untuk perkembangbiakan. Beberapa jenis jamur pada kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan membentuk miselium yang membulat yang tahan terhadap
pengaruh lingkungan yang disebut sklerotia.
Oktavita (2009), menyatakan bahwa jamur tiram putih merupakan salah satu
jamur kayu yang sekarang telah banyak dibudidayakan orang. Media tanam atau
substratnya yang sudah umum digunakan adalah gergajian kayu alba (sengon),
tetapi sembarang gergajian kayu sebetulnya dapat digunakan, tentunya kayu yang
tidak beracun, kemudian di campur dengan bahan-bahan yang lain dengan
berbandingan tertentu. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam budidaya
jamur tiram ini adalah masalah higienis, aplikasi bibit unggul, teknologi
produksi bibit (kultur murni, bibit induk, bibit sebar), teknologi produksi
media tumbuh/substrat dan pemeliharaan serta cara panen jamur tiram. Pada
budidaya jamur tiran suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan
pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk
pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang
memerlukan suhu udara berkisar antara 22-28o C dengan
kelembabon 60-70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara
16-22o C.
Pasaribu (2002), menyatakan bahwa Jamur
kuping mempunyai bentuk tubuh buah kecil (sering disebut jamur kuping tikus)
digemari oleh konsumen karena waranya lebih muda, dan rasanya sesuai dengan
selera. Jamur kuping yang
tubuh buahnya melebar (jamur kuping gajah) rasanya sedikit kenyal atau alot
sehingga kurang disenangi karena harus diiris kecil-kecil bila akan dimasak. Jamur kuping selain untuk ramuan
makanan juga unuk pengobatan yaitu untuk mengurangi panas dalam, dan juga
mengurangi rasa sakit pada kulit akibat luka bakar.
Philip (2006),
menyatakan bahwa Jamur kuping (Auricularia auricula) merupakan salah
satu kelompok jelly fungi yang masuk
ke dalam kelas Basidiomycota dan mempunyai tekstur jelly yang unik. Fungi yang masuk ke dalam kelas ini
umumnya makroskopis atau mudah dilihat dengan mata telanjang. Miseliumnya bersekat
dan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: miselium primer (miselium yang
sel-selnya berinti satu, umumnya berasal dari perkembangan basidiospora) dan miselium
sekunder (miselium yang sel penyusunnya berinti dua, miselium ini merupakan
hasil konjugasi dua miselium primer atau persatuan dua basidiospora).
IV.
Alat dan Bahan :
1.
Alat
a.
Timbangan
b.
Ember
c.
Drum sterilisasi
d.
Alas pencampur
e.
Alat pencampur
f.
Plastik log
g.
Cincin paralon
h.
Kapas
i.
Karet gelang
j.
Spatula
k.
Rak
l.
Semprotan
m.
Pembakar spirtus
n.
Korek api
2. Bahan
a.
Serbuk kayu
b.
Bekatul
c.
Serbuk kapur
d.
Air
e.
Bibit jamur tiram dan jamur kuping
f.
Alkohol
V.
Cara Kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan
yang diperlukan.
2.
Menimbang bahan yang
digunakan media (serbuk kayu, bekatul, serbuk kapur) dengan perbandingan serbuk
kayu (100) : Bekatul (10) : Serbuk kapur (1).
3.
Mencampur bahan yang ada
sesuai takaran dan mengaaduknya secara merata.
4.
Menambahkan air ke dalam
campuran secukupnya dan memperhatikan ketika bahan diperas tidak keluar airnya
(kandungan air 80 % dari bahan kering ).
5.
Bahan campuran tersebut
selanjutnya dimasukan ke dalam plastik transparan tetapi jangan sampai ½ penuh.
Masukan sisa plastik ke ring cincin paralon lalu ikat dengan karet
gelang,bagian yang berlubang ditengah cincin diisi kapas secukupnya kemudian
ditutup kertas koran dan diikat dengan kater gelang.
6.
Bahan yang sudah dibungkus
plastik dimasukan kedalam drum untuk proses sterilisasi .Air untuk mengukus
hanya 25 cm dari dasar drum.Lamanya proses pengukusan 3 jam dengan suhu
100ÂșC .
7.
Setelah
selesai sterilisasi ,media-media tersebut didinginkan minimal 5 jam kemudian
buka cincinnya untuk memasukan bibit jamur menggunakan spatula yang sudah
diberi alkohol dan telah dipanaskan untuk mensterisasi alat (spatula) yang
digunakan.
8.
Setelah selesai memasukan
bibit jamur,media didiamkan selama 2-3 bulan dengan penyiraman secara rutin (3x
sehari) sampai jamur tumbuh dan siap dipanen.
VI.
Hasil Pengamatan
Minggu
|
Baglog
|
|
1
( Jamur Tiram)
|
2
( Jamur Kuping)
|
|
1
|
|
|
2
|
|
PEMBAHASAN
Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak
dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman
yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah
jadi yang dibuat oleh organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Karena
ketergantungannnya terhadap organisme lain, maka jamur digolongkan sebagai
tanaman heterotrofik.
Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan
ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur yang merugikan antara lain
karena bersifat patogen yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia, hewan
maupun tumbuhan.
Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal musim
dan tidak membutuhkan tempat yang luas. Jenis-jenis jamur yang umum
dibudidayakan ialah jamur yang menguntungkan bagi manusia diantanya jamur
merang (Volvariella volvaceae),jamur tiram (Pleurotus ostreatus),jamur kuping
(Auricularia polytricha),jamur payung (Lentinus edodes),dan jamur kancing
(Agaricus Sp). Media untuk pertumbuhan jamur dapat menggunakan limbah yaitu
limbah pertanian(merang dan daun pisang) dan limbah industri (serbuk gergaji).
Ramuan atau campuran yang digunakan sebagai media juga bermacam-macam, sedangkan
metode yang digunakan untuk budidaya jamur ini juga bermacam-macam, seperti
cara ilmiah, konvensional,tradisional,dan semi modern.
Jenis jamur yang
kami budidayakan adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dan juga jamur
kuping (Auralia aurita).
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu
yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki rasa yang
enak, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung
protein sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak
46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung tiamin atau vit. B1,
riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam
mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang.
Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram,
lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur
masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan
bahan pangan masa depan.
Jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan, seperti :
a.
Dapat menurunkan tingkat
kolesterol dalam darah.
b.
Memiliki kandungan serat
mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan.
c.
Antitumor, antioksidan,
dll.
Jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu, khususnya yang
memiliki serat lunak seperti jenis kayu albasiah. Suhu optimum untuk
pertumbuhan tubuh buah jamur tiram adalah 20 – 28°C, dengan kelembaban 80 – 90
%. Pertumbuhan jamur tiram membutuhkan cahaya matahari tidak langsung, aliran
udara yang baik, dan tempat yang bersih.
Jamur kuping
(Auricularia Sp.) merupakan salah satu kelompok jelly fungi yang masuk ke dalam
kelas Basidiomycota dan mempunyai tekstur jelly yang unik. Fungi yang masuk ke
dalam kelas ini umumnya makroskopis atau mudah dilihat dengan mata telanjang.
Auricularia auricula umumnya kita kenal sebagai jamur kuping. Jamur ini disebut
jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia
(kuping).
Karakteristik
dari jamur kuping ini adalah memiliki tubuh buah yang kenyal (mirip gelatin)
jika dalam keadaan segar.Namun, pada keadaan kering, tubuh buah dari jamur
kuping ini akan menjadi keras seperti tulang. Bagian tubuh buah dari jamur
kuping berbentuk seperti mangkuk atau kadang dengan cuping seperti kuping,
memiliki diameter 2-15 cm, tipis berdaging, dan kenyal.
Warna tubuh
buah jamur ini pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan tetapi adapula
yang memiliki warna coklat tua. Jenis jamur kuping yang paling memiliki nilai
bisnis yang tinggi adalah yang memiliki warna coklat pada bagian atas tubuh
buah dan warna hitam pada bagian bawah tubuh buah, serta ukuran tubuh buah
kecil. Jamur kuping merupakan salah satu jamur konsumsi yang umum dikeringkan
terlebih dahulu, kemudian direndam dengan air dalam waktu relatif singkat
sehingga jamur ini akan kembali seperti bentuk dan ukuran segarnya.
Tahapan budidaya jamur yang kita lakukan ialah :
1. Persiapan media
Tahapan pertama yang dilakukan untuk budidaya jamur tiram yaitu menyiapkan
media tanam. Media tanam yang umumnya digunakan antara lain serbuk kayu,
bekatul, dan serbuk kapur. Serbuk kayu yang digunakan yaitu serbuk kayu yang sudah mengalami
proses pengomposan atau telah didiamkan selama beberapa saat.
Kegunaan dari masing-masing media tanam, yaitu :
a. Serbuk kayu sebagai media tumbuh miselium
jamur tiram.
b. Bekatul sebagai bahan makanan tambahan
sebagai sumber karbohidrat, lemak, dan protein.
c. Serbuk kapur sebagai sumber mineral dan
sebagai bahan untuk mengokohkan media tanam.
2. Pencampuran media
Tahapan yang kedua dalam budidaya jamur tiram ini adalah pencampuran media.
Dari media tanam yang telah dipersiapakan yaitu sserbuk kayu, bekatul dan
serbuk kapur dicampur jadi satu dengan perbandingan tertentu. Adapun perbandingannya
yaitu serbuk kayu (100) : bekatul (10) : serbuk kapur (1). Setelah tercampur,
menambahkan air secukupnya dan memperhatikan ketika bahan diperas tidak keluar
airnya (kandungan air 80 % dari bahan kering ).
3. Pengantongan
Tahapan selanjutnya yaitu pengantongan. Media tanam yang telah dicampur
kemudian di masukkan di dalam kantong plastik yang tahan panas dengan ukuran
kurang lebih 2 kg. Media tanam yang dimasukkan kurang lebih ½ bagian dari
plastik dan dipadatkan untuk membantu mempercepat tumbuhnya hifa. Kemudian
memasukan sisa plastik ke cincin paralon lalu ikat dengan karet
gelang,bagian yang berlubang ditengah cincin diisi kapas secukupnya kemudian
diikat dengan karet gelang.
4. Sterilisasi
Setelah media selesai dikantong, media dimasukkan kedalam drum untuk
disterilisasi guna mematikan organisme hidup yang merugikan pertumbuhan
jamur, juga untuk menyempurnakan tahap akhir dari serbuk kayu sebagai media
tanam yang selektif untuk pertumbuhan jamur. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi
kurang lebih 3-4 jam dalam suhu 100ÂșC. Selesai sterilisasi baglock diturunkan
dan didiamkan hingga dingin. Karena media yang masih panas nantinya akan
menghambat pertumbuhan hifa.
5. Inakulasi bibit
Inakulasi adalah tahap penanaman bibit. Saat proses inakulasi harus dalam
kondisi steril baik tempat, alat yang digunakan dan praktikkannya. Pada proses
inakulasi yang dilakukan adalah menyiapkan baglock. Kemudian menggunakan
spatula yang telah disterilkan memasukkan bibit kedalam baglock kurang lebih
3-5 gram. Terakhir tutup kembali baglock dengan kapas dan tempatkan pada rak
yang sudah disediakan.
6. Inkubasi
Inkubasi
adalah tahap akhir sebelum panen yaitu tahap perkembangan bibit jamur. Proses
inkubasi ini dilakukan di laboratorium budidaya jamur UMS.
Pada MKP
Bud. Jamur ini hasil yang kami peroleh ialah terjadi kontaminasi pada saat
inkubasi. Hal ini ditan dai dengan adanya warna hitam yang menyebar pada media
yang merupakan tanda tumbuhnya bakteri atau jamur lain yang tidak diinginkan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi sehingga terjadi kontaminasai antara lain
1. Kebersihan(kesterilan),
merupakan faktor yang paling penting. Namun pada saat proses pembuatan,
pembuatan secara aseptik kurang terjaga, sehingga menimbulkan kontaminsai.
2. lingkungan
yang digunakan juga kurang menjamin tingkat sterilitasnya. Karena, tempat
inkubasi yang berdekatan dengan tempat sterilisasi yang merupakan gudang.
Selain itu, tempat sterilisasinya juga berada di gudang, sehingga memudahkan
kontaminan masuk dengan mudah masuk ke media.
3. Pada
saat inolulasi, seharusnya setelah ditutup dengan kapas, ditutup lagi dengan
kertas koran(menurut sumber yang saya baca)
KESIMPULAN
- Pada saat
budidaya jamur kali ini terjadi kontaminasi
- Hal-hal
yang mempengaruhi terjadi kontaminasi ialah, tingkat sterilisasi yang
kurang.
- Budidaya
jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal musim dan tidak
membutuhkan tempat yang luas
- Tahap-tahap
budidaya jamur antara lain persiapan media, pencampuran media,
pengantongan, sterilisasi, inokulasi bibit, inkubasi.
- Tempat
yang cocok untuk budidaya jamur ialah(padad saat inkubasi) tempat yang
lembab, tidak terkena sinar matahari langsung, serta terjaga
kebersihannya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiati, Herni. 2010. Biologi untuk SMA kelas X. Jakarta : Gema
Ilmu.
Darma, I. G. K. T. 2002. Diktat:
Budidaya Jamur Pangan. Laboratorium Pathology Hutan. Fakultas Kehutanan.
Bogor : IPB.
Gunawan, A.W. 2000. Usaha
Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hastiono S. 2004. Hikmah
hidup bersama cendawan. J Warta
Kistinnah, Idun. 2010. Biologi : Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Jakarta : Erlangga.
Oktavita.
2009. Tempat Budidaya Jamur Tiram.http://oktavita.com/tempat-budidaya-jamur-tiram.htm.
diakses 07 Januari 2013.
Pasaribu, D. R. Permana, E. R, Alda. 2002. Aneka Jamur Unggulan yang Menembus Pasar.
Jakarta: PT. Grasindo.
Phillips, Roger. 2006. Mushrooms.
Pub. McMilan.
Suriawiria, H. U. 2000.Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu, Shiitake,
Kuping, dan Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2001. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
sbenarnya informasi budidaya yanga sangat menarik dan potensial
ReplyDeletebisa juga tuh dicoba nampaknya memang usaha jamur cukup potensial
ReplyDelete