Friday, 11 January 2013

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DAN KUPING


LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA JAMUR
TIRAM PUTIH DAN KUPING






Disusun Oleh:
Yunita Napiah                (A 420 100 117)
Aji Farid W                     (A 420 100 135)


LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013


LAPORAN BUDIDAYA JAMUR
I.                   Judul : Budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dan jamur kuping     (Auricularia polytricha).

II.                Tujuan :
1.      Mengetahui cara budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dan jamur kuping (Auricularia polytricha)
2.      Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi perkembangan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dan jamur kuping (Auricularia polytricha)



III.             Tinjauan Pustaka


Tjitrosoepomo (2001), menyatakan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus) memiliki tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem, memiliki tangkai yang tumbuh menyamping, bentuknya seperti tiram (ostreatus), permukaannya hampir licin, diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Pada waktu muda, tubuh buah diselubungi oleh velum universal. Jiak tubuh membesar, tinggallah selaput pada pangkal tangkai tubuh buah sebagai bursa. Dari tepi tubuh buah ke tangkai terdapat pula selaput yang menutupi sisi bawah tubuh buah dinamakan velum partiale. Jika tubuh buah membesar, maka selaput ini akan robek dan merupakan suatu cicncin (annulus) pada bagian atas tubuh buah. Himenofora pada sisi bawah tubuh buah, membentuk papan-papan atau lamella yang tersusun radial, dapat juga himenofora membuat tonjolan berupa buluh-buluh. Himenium meliputi sisi bawah tubuh buah tadi dan mula-mula terletak di bawah velum partiale. Letak himenium yang demikian itu disebut angiokarp.
Darma (2002), menyatakan bahwa Kandungan nutrisi jamur kuping sendiri terdiri kadar air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu dan nilai energi sebesar 351 kal. Kandungan lemak di dalam jamur, lebih dari 72% lemak dalam jamur ini termasuk unsaturated sehingga aman dan sehat jika dimakan. Vitamin di dalam jamur ini sendiri terdiri atas thiamine (vit. B-1), riboflavin (vit. B-2), niasin, biotin,vitamin C, dan sebagainya. Sedangkan, kandungan mineral jamur ini tersusun oleh K, P, Ca, Na, Mg, Cu, dan beberapa elemen mikro lainnya. Kandungan serat di dalam jamur berkisar antara 7,4-27,6%.
Gunawan (2000), menyatakan bahwa Jenis jamur kuping yang paling memiliki nilai bisnis yang tinggi adalah yang memiliki warna coklat pada bagian atas tubuh buah dan warna hitam pada bagian bawah tubuh buah, serta ukuran tubuh buah kecil. Jamur kuping merupakan salah satu jamur konsumsi yang umum dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam dengan air dalam waktu relatif singkat sehingga jamur ini akan kembali seperti bentuk dan ukuran segarnya.
Hastiono (2004), menyatakan bahwa Cara reproduksi vegetatif dari jamur kuping adalah dengan membentuk tunas, dengan konidia, dan fragmentasi miselium. Sedangkan, reproduksi generatif jamur kuping adalah dengan menggunakan alat yang disebut basidium, basidium berkumpul dalam badan yang disebut basidiokarp, yang selanjutnya menghasilkan spora yang disebut basidiospora.
Kistinnah (2010), menyatakan bahwa secara alamiah, jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, yaitu dengan cara sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa, penguncupan, yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora. Spora aseksual ini berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang besar dengan melalui perantara angin atau air. Ada beberapa macam spora aseksual, di antaranya seperti berikut:
a.      Konidiospora, merupakan konidium yang terbentuk di ujung atau di sisi hifa. Ada yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya konidium yang berukuran besar dan bersel banyak disebutmakrokonidium.
b.      Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
Suriawiria (2000), menyatakan bahwa untuk kehidupan dan perkembangan jamur memerlukan sumber nutrient atau makanan dalam bentuk unsur-unsur kimia, misalnya nitrogen, fosfor, belerang, kalium, karbon yang telah tersedia dalam jaringan kayu, walaupun dalam jumlah yang sedikit. Oleh karena itu, diperlukan penambahan dari luar, misalnya dalam bentuk pupuk yang digunakan sebagai campuran pembuatan substrat tanaman atau media tumbuh jamur.
Budiati (2010) bentuk umum jamur berupa benang-benang yang dilapisi dinding sel kaku yang disebut hifa. Hifa bercabang-cabang membentuk miselium. Beberapa jamur uniseluler misalnya khamir (ragi) tidak membentuk miselium. Terdapat dua jenis miselium yaitu miselium vegatatif/somatik berfungsi untuk menyerap zat organik dari lingkungannya, sedangkan miselium reproduktif  menghasilkan spora untuk perkembangbiakan. Beberapa jenis jamur pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan membentuk miselium yang membulat yang tahan terhadap pengaruh lingkungan yang disebut sklerotia.
Oktavita (2009), menyatakan bahwa jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang sekarang telah banyak dibudidayakan orang. Media tanam atau substratnya yang sudah umum digunakan adalah gergajian kayu alba (sengon), tetapi sembarang gergajian kayu sebetulnya dapat digunakan, tentunya kayu yang tidak beracun, kemudian di campur dengan bahan-bahan yang lain dengan berbandingan tertentu. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam budidaya jamur tiram ini adalah masalah higienis, aplikasi bibit unggul, teknologi produksi bibit (kultur murni, bibit induk, bibit sebar), teknologi produksi media tumbuh/substrat dan pemeliharaan serta cara panen jamur tiram. Pada budidaya jamur tiran suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22-28C dengan kelembabon 60-70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16-22C.
Pasaribu (2002), menyatakan bahwa Jamur kuping mempunyai bentuk tubuh buah kecil (sering disebut jamur kuping tikus) digemari oleh konsumen karena waranya lebih muda, dan rasanya sesuai dengan selera. Jamur kuping yang tubuh buahnya melebar (jamur kuping gajah) rasanya sedikit kenyal atau alot sehingga kurang disenangi karena harus diiris kecil-kecil bila akan dimasak. Jamur kuping selain untuk ramuan makanan juga unuk pengobatan yaitu untuk mengurangi panas dalam, dan juga mengurangi rasa sakit pada kulit akibat luka bakar.
Philip (2006), menyatakan bahwa Jamur kuping (Auricularia auricula) merupakan salah satu kelompok jelly fungi yang masuk ke dalam kelas Basidiomycota dan mempunyai tekstur jelly yang unik. Fungi yang masuk ke dalam kelas ini umumnya makroskopis atau mudah dilihat dengan mata telanjang. Miseliumnya bersekat dan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: miselium primer (miselium yang sel-selnya berinti satu, umumnya berasal dari perkembangan basidiospora) dan miselium sekunder (miselium yang sel penyusunnya berinti dua, miselium ini merupakan hasil konjugasi dua miselium primer atau persatuan dua basidiospora).

IV.             Alat dan Bahan :
1.      Alat
a.       Timbangan
b.      Ember
c.       Drum sterilisasi
d.      Alas pencampur
e.       Alat pencampur
f.       Plastik log
g.      Cincin paralon
h.      Kapas
i.        Karet gelang
j.        Spatula
k.      Rak
l.        Semprotan
m.    Pembakar spirtus
n.      Korek api
2.      Bahan
a.       Serbuk kayu
b.      Bekatul
c.       Serbuk kapur
d.      Air
e.       Bibit jamur tiram dan jamur kuping
f.       Alkohol

V.                Cara Kerja
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Menimbang bahan yang digunakan media (serbuk kayu, bekatul, serbuk kapur) dengan perbandingan serbuk kayu (100) : Bekatul (10) :  Serbuk kapur (1).
3.      Mencampur bahan yang ada sesuai takaran dan mengaaduknya secara merata.
4.      Menambahkan air ke dalam campuran secukupnya dan memperhatikan ketika bahan diperas tidak keluar airnya (kandungan air 80 % dari bahan kering ).
5.      Bahan campuran tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam plastik transparan tetapi jangan sampai ½ penuh. Masukan sisa plastik ke ring cincin paralon lalu ikat dengan karet gelang,bagian yang berlubang ditengah cincin diisi kapas secukupnya kemudian ditutup kertas koran dan diikat dengan kater gelang.
6.      Bahan yang sudah dibungkus plastik dimasukan kedalam drum untuk proses sterilisasi .Air untuk mengukus hanya 25 cm dari dasar drum.Lamanya proses pengukusan 3 jam dengan suhu 100ÂșC .
7.       Setelah selesai sterilisasi ,media-media tersebut didinginkan minimal 5 jam kemudian buka cincinnya untuk memasukan bibit jamur menggunakan spatula yang sudah diberi alkohol dan telah dipanaskan untuk mensterisasi alat (spatula) yang digunakan.
8.      Setelah selesai memasukan bibit jamur,media didiamkan selama 2-3 bulan dengan penyiraman secara rutin (3x sehari) sampai jamur tumbuh dan siap dipanen.

VI.             Hasil Pengamatan

Minggu

Baglog
1
( Jamur Tiram)
2
( Jamur Kuping)

1






2







PEMBAHASAN
Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi yang dibuat oleh organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Karena ketergantungannnya terhadap organisme lain, maka jamur digolongkan sebagai tanaman heterotrofik.
Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur yang merugikan antara lain karena bersifat patogen yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia, hewan maupun tumbuhan.
Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal musim dan tidak membutuhkan tempat yang luas. Jenis-jenis jamur yang umum dibudidayakan ialah jamur yang menguntungkan bagi manusia diantanya jamur merang (Volvariella volvaceae),jamur tiram (Pleurotus ostreatus),jamur kuping (Auricularia polytricha),jamur payung (Lentinus edodes),dan jamur kancing (Agaricus Sp). Media untuk pertumbuhan jamur dapat menggunakan limbah yaitu limbah pertanian(merang dan daun pisang) dan limbah industri (serbuk gergaji). Ramuan atau campuran yang digunakan sebagai media juga bermacam-macam, sedangkan metode yang digunakan untuk budidaya jamur ini juga bermacam-macam, seperti cara ilmiah, konvensional,tradisional,dan semi modern.
            Jenis jamur yang kami budidayakan adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dan juga jamur kuping (Auralia aurita).
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki rasa yang enak, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung  tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa depan.
Jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan, seperti :
a.                   Dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah.
b.                  Memiliki kandungan serat mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan.
c.                   Antitumor, antioksidan, dll.
Jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu, khususnya yang memiliki serat lunak seperti jenis kayu albasiah. Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh buah jamur tiram adalah 20 – 28°C, dengan kelembaban 80 – 90 %. Pertumbuhan jamur tiram membutuhkan cahaya matahari tidak langsung, aliran udara yang baik, dan tempat yang bersih.
Jamur kuping (Auricularia Sp.) merupakan salah satu kelompok jelly fungi yang masuk ke dalam kelas Basidiomycota dan mempunyai tekstur jelly yang unik. Fungi yang masuk ke dalam kelas ini umumnya makroskopis atau mudah dilihat dengan mata telanjang. Auricularia auricula umumnya kita kenal sebagai jamur kuping. Jamur ini disebut jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping).
Karakteristik dari jamur kuping ini adalah memiliki tubuh buah yang kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar.Namun, pada keadaan kering, tubuh buah dari jamur kuping ini akan menjadi keras seperti tulang. Bagian tubuh buah dari jamur kuping berbentuk seperti mangkuk atau kadang dengan cuping seperti kuping, memiliki diameter 2-15 cm, tipis berdaging, dan kenyal.
Warna tubuh buah jamur ini pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua. Jenis jamur kuping yang paling memiliki nilai bisnis yang tinggi adalah yang memiliki warna coklat pada bagian atas tubuh buah dan warna hitam pada bagian bawah tubuh buah, serta ukuran tubuh buah kecil. Jamur kuping merupakan salah satu jamur konsumsi yang umum dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam dengan air dalam waktu relatif singkat sehingga jamur ini akan kembali seperti bentuk dan ukuran segarnya.

Tahapan budidaya jamur yang kita lakukan ialah  :
1.      Persiapan media
            Tahapan pertama yang dilakukan untuk budidaya jamur tiram yaitu menyiapkan media tanam. Media tanam yang umumnya digunakan antara lain serbuk kayu, bekatul, dan serbuk kapur. Serbuk kayu yang digunakan yaitu serbuk kayu yang sudah mengalami proses pengomposan atau telah didiamkan selama beberapa saat.
            Kegunaan dari masing-masing media tanam, yaitu :
a.       Serbuk kayu sebagai media tumbuh miselium jamur tiram.
b.      Bekatul sebagai bahan makanan tambahan sebagai sumber karbohidrat, lemak, dan protein.
c.       Serbuk kapur sebagai sumber mineral dan sebagai bahan untuk mengokohkan media tanam.
2.      Pencampuran media
            Tahapan yang kedua dalam budidaya jamur tiram ini adalah pencampuran media. Dari media tanam yang telah dipersiapakan yaitu sserbuk kayu, bekatul dan serbuk kapur dicampur jadi satu dengan perbandingan tertentu. Adapun perbandingannya yaitu serbuk kayu (100) : bekatul (10) : serbuk kapur (1). Setelah tercampur, menambahkan air secukupnya dan memperhatikan ketika bahan diperas tidak keluar airnya (kandungan air 80 % dari bahan kering ).
3.      Pengantongan
            Tahapan selanjutnya yaitu pengantongan. Media tanam yang telah dicampur kemudian di masukkan di dalam kantong plastik yang tahan panas dengan ukuran kurang lebih 2 kg. Media tanam yang dimasukkan kurang lebih ½ bagian dari plastik dan dipadatkan untuk membantu mempercepat tumbuhnya hifa. Kemudian memasukan sisa plastik ke  cincin paralon lalu ikat dengan karet gelang,bagian yang berlubang ditengah cincin diisi kapas secukupnya kemudian diikat dengan karet gelang.
4.      Sterilisasi
            Setelah media selesai dikantong, media dimasukkan kedalam drum untuk disterilisasi guna mematikan organisme hidup yang merugikan pertumbuhan jamur, juga untuk menyempurnakan tahap akhir dari serbuk kayu sebagai media tanam yang selektif untuk pertumbuhan jamur. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi kurang lebih 3-4 jam dalam suhu 100ÂșC. Selesai sterilisasi baglock diturunkan dan didiamkan hingga dingin. Karena media yang masih panas nantinya akan menghambat pertumbuhan hifa. 
5.      Inakulasi bibit
            Inakulasi adalah tahap penanaman bibit. Saat proses inakulasi harus dalam kondisi steril baik tempat, alat yang digunakan dan praktikkannya. Pada proses inakulasi yang dilakukan adalah menyiapkan baglock. Kemudian menggunakan spatula yang telah disterilkan memasukkan bibit kedalam baglock kurang lebih 3-5 gram. Terakhir tutup kembali baglock dengan kapas dan tempatkan pada rak yang sudah disediakan.
6.      Inkubasi
   Inkubasi adalah tahap akhir sebelum panen yaitu tahap perkembangan bibit jamur. Proses inkubasi ini dilakukan di laboratorium budidaya jamur UMS.

                        Pada MKP Bud. Jamur ini hasil yang kami peroleh ialah terjadi kontaminasi pada saat inkubasi. Hal ini ditan dai dengan adanya warna hitam yang menyebar pada media yang merupakan tanda tumbuhnya bakteri atau jamur lain yang tidak diinginkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga terjadi kontaminasai antara lain
1.      Kebersihan(kesterilan), merupakan faktor yang paling penting. Namun pada saat proses pembuatan, pembuatan secara aseptik kurang terjaga, sehingga menimbulkan kontaminsai.
2.      lingkungan yang digunakan juga kurang menjamin tingkat sterilitasnya. Karena, tempat inkubasi yang berdekatan dengan tempat sterilisasi yang merupakan gudang. Selain itu, tempat sterilisasinya juga berada di gudang, sehingga memudahkan kontaminan masuk dengan mudah masuk ke media.
3.      Pada saat inolulasi, seharusnya setelah ditutup dengan kapas, ditutup lagi dengan kertas koran(menurut sumber yang saya baca)


KESIMPULAN
  1. Pada saat budidaya jamur kali ini terjadi kontaminasi
  2. Hal-hal yang mempengaruhi terjadi kontaminasi ialah, tingkat sterilisasi yang kurang.
  3. Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal musim dan tidak membutuhkan tempat yang luas
  4. Tahap-tahap budidaya jamur antara lain persiapan media, pencampuran media, pengantongan, sterilisasi, inokulasi bibit, inkubasi.
  5. Tempat yang cocok untuk budidaya jamur ialah(padad saat inkubasi) tempat yang lembab, tidak terkena sinar matahari langsung, serta terjaga kebersihannya.




DAFTAR PUSTAKA


Budiati, Herni. 2010. Biologi untuk SMA kelas X. Jakarta : Gema Ilmu.
Darma, I. G. K. T. 2002. Diktat: Budidaya Jamur Pangan. Laboratorium Pathology Hutan. Fakultas Kehutanan. Bogor : IPB.
Gunawan, A.W. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hastiono S. 2004. Hikmah hidup bersama cendawan. J Warta
Kistinnah, Idun. 2010. Biologi : Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Jakarta : Erlangga.
Oktavita. 2009. Tempat Budidaya Jamur Tiram.http://oktavita.com/tempat-budidaya-jamur-tiram.htm. diakses 07 Januari 2013.
Pasaribu, D. R. Permana, E. R, Alda. 2002. Aneka Jamur Unggulan yang Menembus Pasar. Jakarta: PT. Grasindo.
Phillips, Roger. 2006. Mushrooms. Pub. McMilan.
Suriawiria, H. U. 2000.Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu, Shiitake, Kuping, dan Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2001. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.

2 comments:

computers tips and trick said...

sbenarnya informasi budidaya yanga sangat menarik dan potensial

download aplikasi said...

bisa juga tuh dicoba nampaknya memang usaha jamur cukup potensial